Saturday, August 6, 2016

[REMINDER] Berdua dengan Allah Tak Pernah Tak Seromantis Ini



Kalau kau tanya padaku apa aktivitas yang (mungkin) bernilai ibadah yang paling kusukai, ah tentu saja semua aktivitas akan bernilai ibadah jika kita berniat melakukannya karena-Nya dan memulainya dengan Bismillah. Tapi ada satu kegiatan yang kutunggu-tunggu tuk melakukannya setiap hari.

Bercakap-cakap dengan-Nya.

Aku, tentu saja bercakap dalam bahasaku sendiri, bahasa tanah air ini. Lalu kau mulai berpikir, “ha, tentu saja siapapun selalu bercakap dengan Tuhan-nya setiap hari. Saat seseorang tersandung batu saja dia akan secara tidak sadar mengucap ‘astaghfirullah’, ‘ya ampun’, atau paling tidak ‘oh my God’” Lalu aku membalas dalam hati, seberapa yakin kau seluruh orang yang tersandung batu di bumi ini akan berkata demikiran? Seberapa yakin kau orang tersebut tidak akan mengumpat atau justru mengeluarkan ‘sampah’ dari mulutnya.

Atau kau berpikir begini, “tentu saja siapapun selalu bercakap dengan Tuhannya setiap hari. Saat seseorang ditikam permasalahan, paling tidak di hari itu dia pasti ada mengatakan ‘Ya Tuhan bagaimana ini’?”

Kalau kau berpikir begitu, baiklah aku tidak mungkin menyalahkanmu.

Tapi bercakap yang aku maksud disini adalah ‘menceritakan’ seluruh hal yang hatimu rasakan sepanjang hari selama sekian menit, atau bahkan beberapa jam. Kalau di kamus sih namanya ‘Curhat’.

Ini hal sepele, tapi akhir dari seluruh penceritaan itu selalu dengan hati yang berdebar-debar seakan ia tak henti-henti mengucap ‘Allah-ku sungguh romantis’.

Apa kau mau tau apa yang kuceritakan pada-Nya hari ini?

Hari ini aku tidak menceritakannya secara gamblang, tapi aku tahu pasti Dia menganggapku sedang jatuh cinta.

Tapi aku sendiri tidak tahu pasti sedang jatuh cinta dengan apa atau dengan siapa.

Kalau aku boleh berhipotesa, aku rasa aku sedang (dan semoga selalu) jatuh cinta pada-Nya.
Bagaimana tidak, setiap hari aku selalu berlari menjauh dari-Nya. Setiap jam aku selalu tenggelam mencari-cari harta bumi-Nya yang jelas-jelas fana. Setiap menit aku selalu membuat repot malaikat tuk mengisi catatan amal buruk ku. Setiap detik, ah aku tak sanggup lagi mengatakannya.

Tapi setiap hari juga Dia selalu berlari meraihku agar kembali. Setiap jam juga Dia menunjukkan padaku hal-hal indah yang justru membuatku malu pada-Nya, membuatku merasa tersindir. Setiap menit juga Dia berusaha agar Malaikat-ku menulis di buku catatan yang lain, buku catatan amal kebaikan. Setiap detik, ah tentu saja Dia mencintai makhluk yang hanya mengaku-ngaku mencintai-Nya ini setiap detik.

Kalau boleh jujur, saat menulis ini, aku tak ingin Malaikat melihatnya. Karena aku hanya ingin tulisan ini hanya dibaca olehku dan oleh-Nya. Kenapa? Karena aku takut mereka yang setiap saat sibuk mengisi catatan amal burukku menertawakanku. Ah, aku yang labil, aku yang sebentar beriman, sebentar kemudian kafir. Tak punya pendirian. Sok-sok an menulis sesuatu seperti ini.
Meskipun ada pepatah yang mengatakan ‘iman kita itu kadang naik kadang turun’, tapi kali ini kalau boleh berharap juga, kalau boleh berangan juga, aku ingin sekali, INGIN sekali, punya hati yang stabil. YANG TIDAK BERUBAH-UBAH SEPERTI INI.’. Karena aku bahkan tidak tahu, apa yang terjadi pada hatiku saat aku bangun pagi esok hari.

So the iceberg of my feelin’ now is, aku ingin berterima kasih, pada Dia yang Terkasih, karena masih belum (dan tak akan pernah) bosan meraihku.

Bahkan aku tak berani membayangkan bagaimana jika setiap kali aku berbuat salah ia tak pernah menegurku lagi. Ia tak pernah menyindirku lagi. Tentu saja ‘air mata taubat’ kata orang-orang itu takkan pernah ada. Dan aku justru menjadi sebaliknya, setiap hari merasa pantas akan semua kemunafikan dan kebajingan yang aku lakukan, merasa logis atas semua kepahaman dusta duniawi ini, merasa halal atas sesuatu yang sudah pasti haram, merasa  bahagia dalam perjalananku menuju neraka-Nya.

Ah, sekarang hatiku jadi semakin berdebar-debar. Jadi begini rasanya jatuh cinta pada Dzat yang Maha Mencintai? Tapi apa daya, hati yang sedang jatuh cinta ini hanyalah hati seorang manusia. Aku bahkan tak berani menjamin hati ini akan selalu berdebar-debar sampai batas waktu usia ini. Lihat saja nanti, apakah aku akan rutin membaca sekian juz Surat Cinta-Nya setiap hari, misalnya.

.....

nb : When you speak to Allah, don’t be embarrassed to tell Him anything. The most beautiful thing is that He knows what you are about to tell Him and yet He still listens..

0 comments:

Post a Comment