Kalau kau tanya padaku apa aktivitas yang (mungkin) bernilai ibadah yang paling kusukai, ah tentu saja semua aktivitas akan bernilai ibadah jika kita berniat melakukannya karena-Nya dan memulainya dengan Bismillah. Tapi ada satu kegiatan yang kutunggu-tunggu tuk melakukannya setiap hari.
Bercakap-cakap dengan-Nya.
Aku, tentu saja bercakap dalam bahasaku sendiri, bahasa
tanah air ini. Lalu kau mulai berpikir, “ha, tentu saja siapapun selalu
bercakap dengan Tuhan-nya setiap hari. Saat seseorang tersandung batu saja dia
akan secara tidak sadar mengucap ‘astaghfirullah’, ‘ya ampun’, atau paling
tidak ‘oh my God’” Lalu aku membalas dalam hati, seberapa yakin kau seluruh
orang yang tersandung batu di bumi ini akan berkata demikiran? Seberapa yakin
kau orang tersebut tidak akan mengumpat atau justru mengeluarkan ‘sampah’ dari
mulutnya.
Atau kau berpikir begini, “tentu saja siapapun selalu
bercakap dengan Tuhannya setiap hari. Saat seseorang ditikam permasalahan,
paling tidak di hari itu dia pasti ada mengatakan ‘Ya Tuhan bagaimana ini’?”
Kalau kau berpikir begitu, baiklah aku tidak mungkin
menyalahkanmu.
Tapi bercakap yang aku maksud disini adalah ‘menceritakan’
seluruh hal yang hatimu rasakan sepanjang hari selama sekian menit, atau bahkan
beberapa jam. Kalau di kamus sih namanya ‘Curhat’.
Ini hal sepele, tapi akhir dari seluruh penceritaan itu
selalu dengan hati yang berdebar-debar seakan ia tak henti-henti mengucap
‘Allah-ku sungguh romantis’.
Apa kau mau tau apa yang kuceritakan pada-Nya hari ini?
Hari ini aku tidak menceritakannya secara gamblang, tapi aku
tahu pasti Dia menganggapku sedang jatuh cinta.
Tapi aku sendiri tidak tahu pasti sedang jatuh cinta dengan
apa atau dengan siapa.
Kalau aku boleh berhipotesa, aku rasa aku sedang (dan semoga
selalu) jatuh cinta pada-Nya.
Bagaimana tidak, setiap hari aku selalu berlari menjauh
dari-Nya. Setiap jam aku selalu tenggelam mencari-cari harta bumi-Nya yang
jelas-jelas fana. Setiap menit aku selalu membuat repot malaikat tuk mengisi
catatan amal buruk ku. Setiap detik, ah aku tak sanggup lagi mengatakannya.
Tapi setiap hari juga Dia selalu berlari meraihku agar
kembali. Setiap jam juga Dia menunjukkan padaku hal-hal indah yang justru
membuatku malu pada-Nya, membuatku merasa tersindir. Setiap menit juga Dia
berusaha agar Malaikat-ku menulis di buku catatan yang lain, buku catatan amal
kebaikan. Setiap detik, ah tentu saja Dia mencintai makhluk yang hanya
mengaku-ngaku mencintai-Nya ini setiap detik.
Kalau boleh jujur, saat menulis ini, aku tak ingin Malaikat
melihatnya. Karena aku hanya ingin tulisan ini hanya dibaca olehku dan
oleh-Nya. Kenapa? Karena aku takut mereka yang setiap saat sibuk mengisi
catatan amal burukku menertawakanku. Ah, aku yang labil, aku yang sebentar
beriman, sebentar kemudian kafir. Tak punya pendirian. Sok-sok an menulis
sesuatu seperti ini.
Meskipun ada pepatah yang mengatakan ‘iman kita itu kadang
naik kadang turun’, tapi kali ini kalau boleh berharap juga, kalau boleh
berangan juga, aku ingin sekali, INGIN sekali, punya hati yang stabil. YANG
TIDAK BERUBAH-UBAH SEPERTI INI.’. Karena aku bahkan tidak tahu, apa yang
terjadi pada hatiku saat aku bangun pagi esok hari.
So the iceberg of my feelin’ now is, aku ingin berterima
kasih, pada Dia yang Terkasih, karena masih belum (dan tak akan pernah) bosan
meraihku.
Bahkan aku tak berani membayangkan bagaimana jika setiap
kali aku berbuat salah ia tak pernah menegurku lagi. Ia tak pernah menyindirku
lagi. Tentu saja ‘air mata taubat’ kata orang-orang itu takkan pernah ada. Dan
aku justru menjadi sebaliknya, setiap hari merasa pantas akan semua kemunafikan
dan kebajingan yang aku lakukan, merasa logis atas semua kepahaman dusta
duniawi ini, merasa halal atas sesuatu yang sudah pasti haram, merasa bahagia dalam perjalananku menuju neraka-Nya.
Ah, sekarang hatiku jadi semakin berdebar-debar. Jadi begini
rasanya jatuh cinta pada Dzat yang Maha Mencintai? Tapi apa daya, hati yang
sedang jatuh cinta ini hanyalah hati seorang manusia. Aku bahkan tak berani
menjamin hati ini akan selalu berdebar-debar sampai batas waktu usia ini. Lihat
saja nanti, apakah aku akan rutin membaca sekian juz Surat Cinta-Nya setiap
hari, misalnya.
.....
.....
nb : When you speak to Allah, don’t be embarrassed to tell
Him anything. The most beautiful thing is that He knows what you are about to
tell Him and yet He still listens..
0 comments:
Post a Comment