Thursday, July 19, 2018

[SKIP] What Happened in 2018?!

Oke. Sekali lagi Ive told you because this is my own blog jadi boleh lah ya nulis hal yang personal lagi.

*padahalgakadayanglarang



Baik. Welcome to postingan 'SKIP' yang kedua! Sebenernya udah gasabar pengen nulis ginian dari kemaren kemaren kemaren dan kemarennya lagi. Tapi apa daya niatnya baru terealisasikan sekarang.

Baiklah. Sebenarnya yang terjadi di tahun 2018 standar sih. Ngo-ass. Nge-ko-ass. Serta living life sebagai anak perempuan berusia 22 menjelang 23 tahun. (*plis jgn protes dengan kata "anak")

Gak. Gak jadi.

2018 adalah tahun yang sama sekali tidak standar. Eak.

Sebenernya pengen bikin pake poin-poin seperti di postingan pertama 'SKIP' sebelumnya. Tapi karena dikhawatirkan hal tersebut akan menonjolkan sesuatu yang belum lumrah ditonjolkan (*apaan sih), lemme write in paragraphs saja.

_____________________


Baiklah. Tahun 2018 dibuka dengan w menjalani siklus Forensik. Siklus yang pelajarannya masyaAllah hafalan semua. Ya gak semua sih, mostly lah, 98% lah. Tapi untuk otak-otak kriminal fanatik sherlock holmes macam w ya w suka meskipun daily lifenya bisa dibilang agak gabu***t (maaf ga pandai sensor).

Disinilah w merasakan suatu ketidakbersyukuran yang tersembunyi. Jadi sebut saja salah satu aktivitas yang kamu lakukan sebagai dokter muda Forensik adalah PL alias Pemeriksaan Luar. Kapan kamu nge-PL? Ketika ada jenazah. Bisa dalam bentuk pasien KLL yang masuk ke IGD dan meninggal setelah berbagai usaha yang dilakukan, atau bisa dalam bentuk jenazah yang dihantarkan ke IGD alias Death on Arrival (DOA).

Ketika salah satu atau kedua hal ini terjadi, maka dokter muda a.k.a koas forensik yang sedang jaga waktu itu akan sibuk menelpon seluruh armadanya untuk datang ke RS, untuk melakukan PL pada jenazah tersebut. Nah. Lalu dimana letak 'occult ungrateful'nya?

Yak. Itu berarti para koas forensik ini harus siap siaga dan standby dengan hp nya 24 jam. Harus mengeraskan volume notifikasi di gadget masing-masing. Nah kalo panggilan PL nya datang di jam-jam yang tidak kooperatif, pasti bakal mbulet toh? Bakal menggerutu. Lagi asik-asiknya nonton bareng doi, eh malah ditelpon disuruh ke RS a.f.s.a.p (as.fcking.soon.as.possible).

Padahal kamu itu mau periksa jenazah loh. Jenazah itu manusia yang meninggal loh. Manusia yang meninggal itu adalah keluarga dari seseorang loh. Ada anak yang baru saja yatim setelah kehilangan ayah loh. Tapi ya sudut pandang yang seperti itu hampir tidak pernah terpikirkan oleh benak seorang koas forensik (termasuk w dulu) yang tersintak dari tidurnya jam 3 dini hari due to hp yang berbunyi keras et causa ditelpon et causa ada PL.

Alamak.

Oke. Selanjutnya. Habis Forensik, datanglah Mata. Siklus yang kata orang 'liburan', tapi tidak bagi w. Et causa dapat preseptor maha sempurna, yakni dr. Getry Sukmawati, Sp.M(K). Jadilah kita menjalani 4,5 minggu dengan didominasi oleh pulang jam 11 malam karna ngerjain ilmiah alias makalah presentasi, membaca 11 jilid buku besar tentang penyakit mata (11 JILID BUKU GEDE ISINYA TENTANG MATA DOANG, MATA YG SEKECIL DAN SENYIMUT ITU), dan hal-hal yang sangat menunjang kepintaran lainnya. Alhamdulillah. Ini adalah siklus paling happy ending sejauh ini.

Then... welcome Interne alias Penyakit Dalam. Ah untuk yang satu ini w dah meleber panjang lebar di postingan sebelumnya. Silakan di scroll dan dibaca ya.

Dan now, disaat w sedang menulis postingan ini,  w sedang berstatus sebagai koas di bagian Radiologi. Siklus dimana w berada dalam hypersomnia-state yang cukup parah et causa keseringan dinas malam pas di Interne wkwk.

_____________________


Yasudah. Cukup segitu dulu. See you di postingan 'SKIP' berikutnya yang maybe release di akhir tahun ini atau diawal tahun depan!

This entry was posted in

Saturday, July 7, 2018

[DAILY LIFE] The Altruists


Sebutkan salah satu jenis kebaikan yang sudah ada dari zaman dulu dan masih bertahan sampai detik ini?

Pengorbanan.

Untuk orang lain. Atau makhluk lain.

Say Alhamdulillah to Him for making this temporary world tidak hanya berisi orang-orang jahat namun juga orang-orang baik yang senantiasa memberikan kebaikannya pada orang lain. We call them the 'altruists', yang menempatkan kepentingan orang lain diatas kepentingannya sendiri. Yang menekan egonya sendiri demi ego orang lain.

Dahulu sekali, ada Khadijah RA yang merelakan hartanya demi dakwah Rasulullah. Ada Bilal bin Rabbah yang rela dihimpit batu besar demi mengumandangkan azan dan mempertahankan keyakinannya. 

Setiap hari Senin di seluruh Indonesia, selalu ada upacara bendera. Hampir selalu ada yang mengeluh panas, haus, berkeringat, padahal dia tidak melakukan kegiatan apapun selain berdiri. Berdiri ditengah lapangan itu tidak mengancam nyawanya. Tapi dia tetap saja mengeluh. Padahal sekian tahun silam, demi berkibarnya sang merah putih itu, sudah berapa liter darah yang tumpah?

Setiap hari di seluruh pelosok dunia, selalu ada wanita yang melahirkan. Ada yang diberi rezeki oleh-Nya proses melahirkan yang normal. Ada yang harus merasakan perihnya pisau operasi. Apapun prosesnya, keduanya meminta tebusan yang besar. Keduanya mengemis nyawa. Dan si anak kemudian akan terus mengeluh sampai dia sendiri yang merasakan sakitnya melahirkan.

Setiap malam di bangsal-bangsal rumah sakit, ada yang tiap sebentar memeriksa tekanan darah, ada yang bersedia duduk standby di konter menunggu keluhan keluarga pasien. Suatu hari di hari raya Idul Fitri, di sebuah bangunan kecil berukuran 1,5x1,5 m ada seorang bapak yang standby menaik-turunkan palang tanda kereta akan lewat. Suatu hari di hari raya Idul Fitri, ada orang-orang yang bekerja semakin keras di tempat-tempat wisata, meninggalkan anak-anaknya yang juga merengek minta pergi liburan.

Orang-orang seperti itu, terlepas dari ikhlas seutuhnya atau tidak, Alhamdulillah masih ada. Dan akan selalu ada.


[DAILY LIFE] Generasi 'Golput'



"Mau makan dimana?"
"Terserah."
"Aku ngikut aja."
"Apapun lah, yang penting makan."

"Weekend ini mau jalan kemana?"
"Terserah."
"Aku ngikut aja."
"Kemanapun lah, yang penting jalan. Ngilangin suntuk."

"Kita bagi tugasnya gimana? Mau kerjain bareng-bareng apa sendiri-sendiri?"
"Terserah. Aku ngikut."
"Dua-duanya boleh."
"Bareng gapapa. Sendiri-sendiri gapapa juga."


Dan.. gitu aja terus. Sampai lebaran monyet.

Jangankan untuk milih yang berat-berat semacam presiden, gubernur, walikota, dll. Milih makanan aja golput. Milih mau jalan kemana aja golput. Sekalinya disodorin opsi makanan malah komentar. Diajak jalan kesana, ngeluh.

'Terserah' atau 'ngikut' atau apapun sinonimnya itu, sama sekali bukan jawaban yang bermanfaat.

Mbok ya, apa salahnya kalo ditanya "mau makan dimana?" sebutin aja noh nama tempat makan dari ujung utara sampe selatan kota: nasi padang, pizza hut, KFC, McD, AW, dll dsb dst. "Mau jalan kemana?" sebutin itu nama tempat satu-satu: pantai utara, pantai selatan, hutan belantara, kolam renang, puncak cemara, puncak gunung, kawah belerang, mall, dll dsb dst. 


Emangnya kalo ditanya "Mau nikah sama siapa?" masih mau jawab:
"Terserah."
"Ngikut aja."
"Sama siapapun boleh, yang penting nikah."


Gak, kan?


[MEDICINE] 1/4 Tahun di Penyakit Dalam


INTERNE 16 April - 2 Juli 2018
Ruang Konferens lt. 3

Sebenernya pengen bikin redaksi judul dengan kalimat lain seperti "Internal Medicine Q&A" or "Ramadhan Indah Bersamamu" or "1/4 Tahun di Gedung Pink" or "1/4 Tahun bersama Lontong Etek" dan lain-lainnya. Tapi supaya judulnya lebih bisa dipahami banyak orang jadi yasudah. Begini saja ya.


Hai!
Seharusnya ini adalah postingan ke-9 di topic "Medicine" karena Penyakit Dalam atau sebut saja Interne ini adalah siklus ke-9 yang aku jalani selama koas. Tapi karena berbagai faktor seperti kemageran (!) dan sebagainya, 7 siklus yang lain jadi ga sempat ditulis.

Tapi setelah dipikir-pikir, life lessons dan segala macam yang aku dapat di siklus-siklus sebelumnya itu ternyata terangkum semua disini. Apalagi aku ngejalaninnya lebih lama yakni 11 minggu which is normalnya 9 minggu due to libur lebaran. 

Mari kita buka postingan kali ini dengan mengucapkan "Alhamdulillah, selesai juga Interne ini dijalani." (insyaAllah, aamiin, semoga lulus)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

So these are the big 3 lessons I've got.


Pelajaran Pertama : BERHENTI MENGELUH

Ini adalah hal puaaaaliiiing susah untuk dilakukan. Gimana yak. Like I've told you before, just because you're soon to be a doctor or already a doctor, lo ga bisa capek dan lo ga boleh ngantuk tengah malam dan sebagainya. Yes. Interne adalah siklus paling menguras tenaga yang pernah aku jalani. Sampai-sampai di suatu hari pada tanggal 26 April 2018, pas lagi jaga malam, pukul 20.30 aku pernah naik ke kamar koas terus duduk terus nangis sendirian. Karena apa? LITERALLY karna capek. 

Hari itu kebetulan jadwal aku sangat padat. Paginya maju BST (Bed Site Teaching) dan berlanjut dengan maju pas visite pasien (karena aku megang pasien konsulennya). Belum lagi ngerjain daily activity (sebut saja: orderan) yang patah satu tumbuh seribu. Ditambah dengan waktu itu teman jaga malamnya ada yang tidak kooperatif alias 'pato' dan orderan jaga kali itu entah kenapa lebih catasthrope dari biasanya.

Puncaknya adalah ketika ambil darah pasien sekitar jam 19:30. Awalnya yang ngambil junior aku, tapi karena dia ga dapet, akhirnya aku yang ngambil. TAPI dengan segala kecapekan dan kemumetan yang menumpuk, aku ngambilnya jadi 'terlalu semangat' sehingga itu spuit (jarum suntik) 5 cc aku tarik terus dan akhirnya lepas dan semua darah 5cc yang ada dalam spuit itu tumpah ke kasur dan kasur pasiennya jadi berlumurah darah. 

PANIK GA SEEEH T.T

UNTUNG YA ITU SI BAPAK BAIKNYA LUAR BIASA. PADAHAL ITU BAPAK BER-TATTO (which is bikin mikir macem-macem, ini bapaknya preman apa gimana, ntar kalo w digampar gimana). Si bapak-bapak yang udah w suudzon-in ini malah mengatakan dengan santai "yaudah dek ambil lagi aja nih di tangan kiri saya" sambil senyum.

SAMBIL SENYUM. Ditekankan sekali lagi. Dan bukan jenis yang mengejek gitu.

Okay fine. Kita suntik lah si bapak ini sekali lagi di lengan kirinya. Tapi ya emang dasar udah stres dan sebagainya, darahnya cuma dapet setengah (2,5cc). Jadinya ga cukup buat meriksa darah rutin, PT APTT, elektrolit, dan sebagainya. Yaudah. Nyerah. Akhirnya cuma ngirim ke labor buat periksa PT APTT.

Terus melapor lah kita ke dokter residen yang jaga hari itu, kalo darahnya begini dan begitu. Terus muka si abang residennya kayak pengen mengeluh tapi gabisa, akhirnya dia cuma menghela napas panjang. Ekspresi mukanya kayak bilang "ini anak sudah terlalu rapuh buat diomelin" jadi yaudah. Akhirnya si abang berangkat menuju si pasien dan mengambil darahnya lagi.

Alhasil, si bapak ber-tatto itu sudah disuntik 4x dalam waktu kurang dari 30 menit.

W AJA DISUNTIK SEKALI UDAH MEREEM. Jangankan disuntik, ngelepasin plester tipis abis disuntik itu aja udah meringis-ringis. Cemen.


......................................


Jadi ngelantur kemana-mana padahal tadinya mau bahas 'Berhenti Mengeluh'.

Ya, jadi begitulah netijen. Sangat susah untuk tidak mengeluh karena ya emang capek banget. Tapi kalau aja w mau berpikir dengan lebih luas, lebih open, dan lebih-lebih lainnya, kecapekan yang w rasain itu sebenernya ga ada apa-apanya.

Ga ada apa-apanya dibanding jadi pasien yang sakitnya udah pada end stage itu. Yang kayak udah nunggu ajal itu. Ga ada apa-apanya dibanding jadi keluarga pasien yang khawatir sebentar lagi anggota keluarganya akan berkurang satu. Sebentar lagi dia ga punya bapak. Sebentar lagi dia ga punya ibu. Sebentar lagi dia janda. Ya Allah. Pas emak dikuret aja w ga nafsu makan dan metroragia w kambuh. Kalo w jadi mereka, mungkin w yang mati duluan.

Apalagi setelah kemaren ngeliat berita kalo perawat di Palestine ada yang gugur kena peluru Israel (Almh. Razan). Deg! Langsung merasa kesindir gitu. Lo disini bisa bekerja dengan tenang tanpa ancaman apapun, cuma capek aja, sedangkan mereka disana selain capek, nyawanya juga terancam. Astaga betapa tidak bersyukurnya w jadi manusia.


Pelajaran Kedua : BELAJAR YANG BENER

In this kind of field, emang bener-bener ngerasa bersalah kalo belajarnya itu karena mau ujian, karena mau tampil presentasi. Lo itu belajar supaya si anak itu punya waktu lebih banyak bersama bapaknya, supaya si ibu hamil itu gajadi janda ditinggal suaminya, supaya si bapak itu bisa nemenin anaknya ambil raport dan bukannya malah tergeletak di bed rumah sakit. 

Dan juga kerasa banget kalo dampak dari yang lo lakuin sehari-hari itu cuma 2, bikin lo lebih deket ke surga atau ke neraka. Karena aku pernah baca ada 3 jenis ilmu yang pertanggungjawabannya besar, ya salah satunya ini. Ilmu yang dipakai buat bekerja sehari-hari (kira-kira begitu redaksinya). 

Waktu di siklus Mata, kebetulan aku dapat preseptor (dosen pembimbing) yang mantep luar biasa, dr. Getry Sukmawati, Sp.M(K). Sekarang sih bilangnya luar biasa, padahal dulu pas dijalani stresnya bukan main. Wkwkw. Kalimat tersering yang keluar dari mulut ibuknya kalo presentasinya lancar dan pas selesai ujian terakhir adalah "enak kan belajar?" sambil senyum keibuan yang sangat lovely.

I could say she's one of the BEST teachers I've ever had. Yang benar-benar 'mengajarkan'. Yang memotivasi. Yang kalo kita lagi tampil presentasi terkesan menyeramkan (emang serem sih, bukan 'terkesan' lagi), tapi pas ujian baik luar biasa. Baik disini bukan berarti ngelulusin gitu aja. Nope. Pertama duduk didepan ibuknya buat ujian lisan itu, kata-kata yang beliau ucapkan adalah "Yak, Bunga. Berdoa dulu. Bawa tenang dulu." Kemudian aku menghela napas panjang kayak orang mau apnu dan mulai mengucap astaghfirullah (karena merasa malu buat minta supaya ujiannya lancar padahal ibadah kacau balau). 

Pas lagi ujian dan ngomong panjang lebar, ibuknya manggut-manggut sambil makan kacang. Pas dibagian yang kita tersendat, beliau kayak men-encourage gitu. Pokoknya soo menenangkan. Dan diakhir, disebutin gitu nilai kita satu persatu, dan yang nilainya masih kurang disuruh ujian lagi supaya nilainya bisa sama tinggi. Bener-bener bikin terpacu dan nafsu bersaing itu muncul ke permukaan.



Pelajaran Ketiga : DEALING WITH PEOPLE

Khusus bagian ini aku sengaja tulis di 1 postingan terpisah, silakan di click:


............................................................................................................


That's all I could say. Semoga bermanfaat. Dan mohon doanya semoga w lulus. Aamiin.