Friday, July 21, 2017

[SELF HELP] Greatest Blessing



Complete series of Self Helps :
3. [SELF HELP] Greatest Blessing


-------------------------------------------------------------------------------------------

I’m 22.

I have Allah. I have Rasulullah. I have such a great big family. I have that companions who I always count on. For now I’m perfectly healthy. My soul is on its peak, very much stable than years before. It gets hard sometimes but it doesn’t let me drown in negativity for long. It always try to heal me unconsciously.  My life was, is, and will always be the greatest story I’ve ever known. It’s not that I’m surrounded by all those pleasant things. Calamity took its place too. But without their perfect collaboration which are followed by His Mercy and Guidance, I won’t be me who I am today and it’s hard to think the other possibility. It’s hard to think about the other me.

And such a greatest story, wouldn’t be the way it is without the hands, touches, affection, and dua of our perfect mother. When people say that mother is our true angel, I’m now thoroughly understand that it’s never been a lie. She’s always there, standing in between, takes place between us and God which no one can replace.

Then, will I still mumble when everything went wrong?

Nope, as long as I still have Allah and that standing-in-between angel called Mom, that’s really an inapproriate thing to do.

Wednesday, July 5, 2017

[MEDICINE] Anesthesiology: The Bias Wrecker



Jadi 29 Mei 2017 kemarin, berakhirlah secara resmi 'liburan' kita yang amat sangat panjang, 4 bulan! Hari pertama masuk dunia yang gak pernah kita icip sebelumnya, koas! Dari awal-awal udah berdoa biar di bulan Ramadhan tahun ini dapat siklus yang gaada dinas. Ternyata as expected, ga sesuai harapan. Eh tapi dapetnya anestesi! Ntah kenapa waktu daftar siklusnya keluar dan ngeliat tulisan 'Anes' itu malah seneng. Waw bakal dinas. Waw bakal masuk OK. Waw untung lumayan suka.

Well. Kita itu pasti punya preference terhadap segala sesuatu kan? So far, my ultimate bias itu adalah Jantung. Ga ada yg ngalahin 'feel' pas belajar jantung itu. Ga ada. Terus dibawah level 'Ultimate Bias' itu, sebut saja level 'VIP'. Aku suka belajarnya, tapi yaudah, sebatas itu aja. Dan disini termasuk Bedah, Obgyn, Neuro,  Anestesi, Jiwa. Bidang lain? Biasa aja.

Jadi kesan pertama terhadap anestesi? Suka.

Beberapa hari kemudian, jadi SESUKA ITU.

....

Anestesi itu kerjanya perioperatif. Perioperatif mencakup tiga tahap: pre-operatif (sebelum operasi), intraoperatif (selama operasi), dan post-operatif (sesudah operasi). Anggapan kalau dokter anestesi itu kerjanya cuma ngebius aja, itu ga bener. Perkara operasi? Kerjaannya dia. ICU? Kerjaannya dia juga. Pasien diresusitasi di IGD? Kerjaannya dia juga. Untuk jadi ahli anestesi itu ga semata-mata paham tentang obat bius aja. Mereka itu harus tau banyak. Banyak banget! Tau fisiologi-patofisiologi dari ujung kepala sampai ujung kaki, ga cuma spesifik ke 1 organ aja. Tau obat bius dan efek dari si obat itu terhadap ujung kepala sampai ujung kaki. Kalau pasiennya ada riwayat ini, berarti ga boleh pakai yang ini. Kalau pasiennya begini, berarti tindakannya harus begini. 

Bener-bener harus tau sebanyak itu. SEBANYAK ITU.

Apalagi kalo General Anesthesia (GA) atau bius umum. Ada 5 komponen yang harus terpenuhi: Hipnosis (pasiennya jadi ga sadar), Analgesia (pasiennya ga merasakan sakit sama sekali), Arefleksia (hilangnya refleks-refleks di tubuh, misalnya kalo kita orang normal, saat ada dedebuan di saluran napas atas, kita bakal batuk. Itu namanya refleks batuk. Nah pada bius umum ini, semua refleks tubuhnya 'dilumpuhkan'), Relaksasi Otot (seluruh badannya jadi relaks, gak bisa gerak), dan Amnesia (ingatannya terhadap tindakan operasi itu hilang). Seolah-olah kontrol bangun/gak bangun, 'hidup/gak hidupnya' itu ada di tangan si dokter anestesi. Misalnya dari yg awalnya cuma sakit usus buntu (belum pecah/perforasi), yg awalnya cuma sakit perut kanan bawah dan masih sadar, eh malah dibikin 'ga sadar', seluruh badannya 'dilumpuhkan'.

Everything is like a coin. Semua punya sisi baik dan buruknya. Setiap tindakan kedokteran pun punya manfaat dan efek sampingnya masing-masing. Apalagi tindakan sekaliber anestesi/pembiusan. Resiko mulai dari sekedar menggigil, mual, muntah, sampai kematian pun bisa terjadi. Bahkan operasi mata, yang kedengarannya mungkin cuma operasi kecil, pembiusannya punya kekhususan sendiri. Jika tindakan operasi mata pada pasiennya itu memerlukan bius umum, maka biusnya itu harus lebih dalam dari bius umum biasanya! That's why, informed consent nya harus benar-benar jelas. Pasien dan keluarganya harus dijelaskan apa-apa saja efeknya dan jika mereka setuju, baru kemudian pembiusannya bisa dilakukan. Supaya nanti jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kita tidak berdosa dan tidak dituntut baik itu oleh keluarga maupun di akhirat.

SEBERAT ITU TANGGUNG JAWABNYA.

Di setiap bidang, ada ahlinya. Kita hampir ga bisa bercita-cita ingin jadi 'ini' atau ingin jadi 'itu' tanpa 'mengidolakan' orang yang sudah terjun di dunia itu yang menurut kita sosoknya luar biasa. Ada 11 dokter anestesi di rumah sakit tempat aku koas. Dan seperti biasanya, we tend to choose the best one. Semuanya ahli. Semuanya pintar. Semuanya punya sisi terbaik masing-masing. Tapi ada satu dokter yang paling berkesan. dr. Zulfadli Syahrul, Sp.An.



Beliau seprofesional itu. Sungguh! Meskipun setiap akan ada OK (baik itu elektif maupun cito) para dek koas bakal nge-pre op (melakukan wawancara dan pemeriksaan yang diperlukan untuk operasi besoknya) dan melaporkan hasilnya ke dokter anestesi yang bersangkutan, beliau tetap turun dan ikut nge preop pasiennya. Bukan karena beliau ga percaya dengan hasil preop dek koas, tapi semata-mata karena beliau menganggap itu adalah standarnya, itu adalah tanggungjawabnya. 

Prosedurnya selalu sama. Beliau akan bertanya beberapa hal dan melakukan pemeriksaan yang diperlukan untuk kepentingan operasi besok. Kemudian beliau akan menjelaskan semua tetek bengek resiko pembiusan itu mulai dari yang ringan sampai resiko kematian. Sampai raut muka keluarganya berubah saat dengar ada resiko kematian, meskipun sebenarnya si pasien 'cuma' bakal operasi amandel. Siapa sih yang anggap operasi amandel itu mengerikan? Rasanya ga ada ya. Jarang dengar orang meninggal karena operasi amandel, meskipun bisa jadi ada. Tapi bahkan operasi amandel ini bisa pun bikin pasiennya mati karna efek samping pembiusannya. Makanya segalanya benar-benar harus terang. Harus ada hitam diatas putih.

Dan beliau melakukannya dengan sangat baik. Dengan profesionalitas. Pernah waktu itu ada pasien corpus alienum e.c tulang ikan et hipofaring kanan (ada tulang ikan nyangkut di faringnya). Kalo ga salah pasiennya akan dilakukan tindakan laringoskopi, aku lupa tapi intinya ga dibedah. Tindakan operasinya cuma memasukkan suatu alat semacam teropong, untuk melihat tulang ikannya. Kalau ada, ya diambil. Kalau udah ga ada, ya di debridemant aja (dibersihkan). Tapi saat dr. Zul ini sedang memberi penjelasan terkait efek tindakan pembiusan, seperti biasa, raut muka pasiennya berubah karna ada risiko kematian. Ya siapa juga yang ga takut, cuma ambil tulang ikan dari tenggorokan aja tapi resiko kematiannya tetap ada karna efek samping bius.

Terus pasiennya jadi mikir, sambil nelan-nelan gitu. Mungkin ngerasain 'ini tulangnya masi nyangkut ga ya?'. Kemudian entah karna efek psikosomatis, entah karena takut, atau itu tulangnya beneran ga kerasa lagi, bapaknya dengan muka cerah bilang 'tapi ini tulangnya ga kerasa lagi dok. Udah ga begitu sakit lagi!' Pasiennya jadi gak niat operasi lagi. Terus mereka jadi bingung. Dr. Zul nya juga bingung. Eh tapi jangan dikira dr. Zul nya nakut-nakutin pasien, karna resiko-resiko itu memang nyata adanya. Wkwk. Lucu sih pas bagian ini.

Akhirnya fix sampai ke kesimpulan: bapaknya menolak untuk operasi. Terus si bapak dengan muka cerahnya bilang "karna dengar penjelasan dokter ini, hilang sakit saya! Bagus ini dokternya. Dia profesional. Dijelaskan semuanya kepada pasien. Terimakasih ya dok!' Bapaknya nyalamin dr. Zul, dan salamannya rada ga santai gitu, salam yang erat sampai tangan dr. Zul nya naik turun padahal tangan dr. Zul waktu itu lagi luka (kemaren abis dioperasi) dan muka dr. Zul nya antara cerah antara meringis karna kesakitan et causa salaman yang sangat erat dan bersemangat dari pasiennya.

Wakakakakakakaka.

Waktu ngeliatnya itu antara geli antara sedih, kasian dr. Zul nya :"D

Terus ada lagi kejadian lain. Dokter ini hobi banget minta maaf, abis ga sengaja/sengaja marahin dek koas aja minta maaf! Pernah waktu itu ada kakak2 yang kena marah bapaknya, kena marahnya ga nyantai pula! Sampai mukul lemari gitu bapaknya dan ngebentak! Ada kesalahpahaman intinya waktu itu dan sebenarnya kakak ini ga salah. Ya namanya juga kehidupan koas, ditarik sana sini. Disalahin sana sini. Terus beberapa jam setelah itu pas operasinya selesai, dr. Zul ini nyari dan nemuin kakak tadi. Buat apa? Untuk minta maaf! Bukan minta maaf yang ala kadarnya gitu, tapi emang bener-bener ingin dimaafkan, sampai bapaknya kayak memohon gitu dan ngulurin tangan duluan buat minta maaf :"

Kejadian lain? Ada! Waktu itu aku berdua Nesa preop pasien cito (emergency) ke IGD. Pas Nesa ngelapor, karna grogi/takut, suara dokternya jadi terdengar babling ditelinganya, dan ngelapornya jadi ga berurutan gitu. Kena marah sama bapaknya! Terus like usual, bapaknya turun langsung buat preop pasiennya. Pas udah selesai, bapaknya ngehampirin kami, ngejelasin baik-baik kenapa tadi bapaknya tiba-tiba marah. Terus dinasehatin,  harusnya tu begini. Dan dikasih wejangan. Bukan dalam konteks dimarahi lagi, bukan! Emang murni dinasehatin dengan cara baik-baik! Waktu itu kami 4 kali papasan sama dokternya di IGD dan disetiap 4 kali papasan itu bapaknya ngomong lagi. Pas diakhir malah minta maaf.

:"

Oiya, waktu masih awal-awal anestesi, dinas pertama juga sama dr. Zul, dan banyak cerita lawak juga! Mulai dari aku yang waktu itu belum tau dr. Zul yang mana lalu dengan seenaknya manggil beliau 'bang' pas di OK. Lalu diikuti dengan ulah Dije yang pas ngangkat HP Anestesi manggil dokternya 'bang'. Lalu saat di OK disuruh dengar pake stetoskop suara napas pasiennya abis dipasang ETT dan Nesa bilang ga kedengeran, dokternya dengan tampang ga percaya (seriously! Benar-benar murni tampang ga percaya, bukan marah!) bilang "Astaghfirullah, sini sini saya dengar!" Waktu itu pake stetoskop litman III yang ada 2 membran itu. Dokternya ikutan bingung juga karna sepertinya juga ga kedengeran sama dokternya. Tapi akhirnya bisa juga pake membran yang kecil (yang buat anak). Terus pas selesai intubasi, dokternya dengan polosnya bilang 'Lebih kedengaran kalo dengarnya pake membran yang kecil ya. Ini litman berapa? Bagus juga ya. Berapa belinya tu?'

:D

Lalu juga pas waktu sahur atau buka, bapaknya suka nebeng beli makanan ke dek koas yang dinas hari itu. Beliau juga suka cerita dan kadang-kadang nge-receh, dan dek koas yang ga sopan ini ga merepon recehan bapaknya dengan ketawa tapi malah bengong. Terus dengan awkward beliau mengalihkan pembicaraan. Lalu hari ini, hari terakhir di siklus anestesi. Allah mendengar doaku yang ingin foto sama dr. Zul dan akhirnya terkabulkan! Kami berempat (aku, nesa, dije, dan feby) foto dengan beliau dan abis itu salam-salaman, dan as always beliau minta maaf lagi. Biasanya kalo pas salam ke orang yang lebih tua itu, kita kan yang ngulurin tangan duluan? Nah dokter ini malah nunduk dan ngulurin tangan duluan sambil minta maaf dan kasih wejangan-wejangan!

Seriously ga ngerti lagi, ternyata ada dokter dan guru se-angel ini. Se humble ini. Dokter yang mau lari-lari dari OK ujung ke OK ujungnya lagi karna saturasi pasiennya tiba-tiba turun saat operasi.

....

Dua pertiga tulisan ini kayaknya ngebahas tentang dr. Zul semua yha.
Aku gatau nanti akhirnya bagaimana. Bakal jadi ahli dibidang apa. 4 tahun terakhir ini aku istiqomah ingin jadi dokter jantung. Karena aku SUKA banget belajarnya. Tapi aku gatau apakah aku bakal suka juga dengan pekerjaan sehari-harinya.

Terus kalau Anestesi?

Aku suka belajarnya dan aku lebih SUKA LAGI dengan pekerjaan/kegiatan sehari-harinya. Sepertinya jadi dokter anestesi ga bakal cuma jadi keinginan emak lagi. Sepertinya aku juga pengen.

PENGEN BANGET.
....

Akhir kata?

Ingin bersyukur sebanyak-banyaknya karna Dia memilihkan untukku bukan kehidupan yang aku inginkan, tapi kehidupan yang tepat. Hanya Dia yang tau mana yang terbaik dan tepat untuk masing-masing hamba-Nya.

Dan menjalani siklus pertama koas di bagian Anestesi adalah hal yang tepat menurut-Nya.

Dan aku BAHAGIA.



July 5th, 2017
by (probably) future Anesthesiologist