Complete series of Self Helps :
7. [SELF HELP] 22 MILLION IN 6 MONTHS!!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Postingan ini bermula dari 'kejadian' pada tanggal 14 Juli 2018. Di suatu weekend yang cerah, dimana w iseng-iseng mengutak-atik aplikasi Money Manager di HP. Ngeliat pengeluaran bulan ini udah berapa dan masih cukup berbangga karena angkanya tidak sefantastis bulan sebelumnya. Tapi semua menjadi mengerikan ketika w melihat total pengeluaran tahunan. Dimana terhitung tanggal 1 Januari hingga 14 Juli 2018, I've spent a fcking 22 MILLION RUPIAHS.
Rp. 22.000.000 (dengan pembulatan). Sudah termasuk tiket pesawat PP Jakarta-Padang 2x. Sudah termasuk hedon beli buku di BBW. Sudah termasuk segala-galanya KECUALI UKT BUAT BAYAR KOAS PER SEMESTER yang angkanya sebaiknya tidak usah disebut.
Memang setiap bulan angkanya beda-beda. Tapi kalo dihitung sama rata perbulan, berarti w sudah menghabiskan rata-rata 3 juta sekian perbulan.
ITU SETARA GAJI ISHIP. ALAMAK.
Dan untuk seorang anak manusia berusia 23 tahun, I think thats kinda abnormal. That's horrible.
Oke. Setiap orang punya baseline masing-masing. Setiap orang punya basic ekonomi yang berbeda. Mungkin 22 juta dalam 6,5 bulan buat some people out there adalah angka yang biasa aja atau bahkan so sedikit, mungkin skincare harian mereka aja sekelas SK-II yang harganya jutaan. Mungkin. But as for me, yang biasa-biasa aja. Yang gak setajir bule-bule arab, yang masi liat-liat harga menu makanan kalo lagi pergi hangout, yang masi kesel dengan harga Iced Tea yang 10.000 meanwhile jika namanya Teh Es harganya 3.000, yang satu-satunya skincare mehong yang dipunya adalah Bioderma Micellar Water 500ml seharga 341.000 yang dihemat makenya sampe 6 bulan,
...it matters. Really.
W udah 23 tahun dan perempuan dan anak pertama. Gimana cara w ngurusin perkara rumah tangga kalo pengeluaran buat w sendiri aja udah setidak terkontrol ini? Oke. Kejauhan mikirnya. Ntar kalo w iship dengan gaji 3jt an perbulan, dan langsung habis di setiap akhir bulannya, ntar modal dikehidupan selanjutnya mau minta darimana? Orang tua? Shame on me. Mungkin mereka bakal ngasih. Tapi dimana letak otak w? Di anus?
Akhirnya w mulai berpikir panjang. Lebih panjang dari jalan Anyer-Panarukan. Ternyata ada banyak sekali hal dasar yang terkait dari sekedar mengatur keuangan.
It trains us to be more aware.
Belajar puasa duit.
Belajar teguh sama prinsip diri sendiri, ga ikut-ikutan orang.
Belajar menentukan skala prioritas, memilah mana yang urgent, mana yang not so urgent, dan mana yang ga penting sama sekali.
Belajar menjadi orang yang tidak impulsif.
Belajar menahan nafsu, ga semuanya harus diturutin.
Belajar nahan nafsu abis ngeliat beauty vlogger nge-review sebuah produk skincare muahal yang bikin muka licin kek lantai abis dipel, padahal skincare belasan ribu yang lo punya udah cukup bikin muka lo mulus kek pantat bayi.
Belajar nahan lapar ngeliat orang sebelah mesan buffet yang sekali makan ngabisin duit 260k meanwhile kita cuma mesen pecel lele 20ribuan.
Belajar menghilangkan stigma "ah kan sekali-kali." Iya, sekali-kali kalo dikerjain tiap hari jadinya berkali-kali. Beras sebiji kalo ditumpuk jadi sekarung. Berat.
Dan yang paling penting dan esensial lagi adalah belajar ikhlas untuk bersedekah ga pakai recehan. Ga usah pake standar tinggi-tinggi, gausah langsung nyoba sedekah 50ribu tapi abis itu nyesel dalam hati. Belajar ikhlas bersedekah dengan selembar duit 5ribu/10ribu tanpa mengambil kembalian sepeserpun aja kayaknya udah luar biasa.
Atau belajar membeli jajanan dari pedagang kecil yang sebenernya kita ga butuh, dari nenek-nenek renta yang udah bungkuk yang masih keliling kompleks jualan keripik cabe, demi tidak mengemis.
Ketika infaq/sedekah yang lo keluarkan ga sampe 1% total pengeluaran lo, ntar diakhirat ditanya Tuhan, mau jawab apa?
0 comments:
Post a Comment