"Mau makan dimana?"
"Terserah."
"Aku ngikut aja."
"Apapun lah, yang penting makan."
"Weekend ini mau jalan kemana?"
"Terserah."
"Aku ngikut aja."
"Kemanapun lah, yang penting jalan. Ngilangin suntuk."
"Kita bagi tugasnya gimana? Mau kerjain bareng-bareng apa sendiri-sendiri?"
"Terserah. Aku ngikut."
"Dua-duanya boleh."
"Bareng gapapa. Sendiri-sendiri gapapa juga."
Dan.. gitu aja terus. Sampai lebaran monyet.
Jangankan untuk milih yang berat-berat semacam presiden, gubernur, walikota, dll. Milih makanan aja golput. Milih mau jalan kemana aja golput. Sekalinya disodorin opsi makanan malah komentar. Diajak jalan kesana, ngeluh.
'Terserah' atau 'ngikut' atau apapun sinonimnya itu, sama sekali bukan jawaban yang bermanfaat.
Mbok ya, apa salahnya kalo ditanya "mau makan dimana?" sebutin aja noh nama tempat makan dari ujung utara sampe selatan kota: nasi padang, pizza hut, KFC, McD, AW, dll dsb dst. "Mau jalan kemana?" sebutin itu nama tempat satu-satu: pantai utara, pantai selatan, hutan belantara, kolam renang, puncak cemara, puncak gunung, kawah belerang, mall, dll dsb dst.
Emangnya kalo ditanya "Mau nikah sama siapa?" masih mau jawab:
"Terserah."
"Ngikut aja."
"Sama siapapun boleh, yang penting nikah."
Gak, kan?
0 comments:
Post a Comment