Sunday, September 11, 2016

[DAILY LIFE] You Know You're Doing What You Love When...



Mau kuberitahu sesuatu yang cukup esensial di hidup ini tidak? Ternyata, banyak sekali komponen yang harus terlibat dalam proses penentuan jati diri dan impian yang mengikuti dibelakangnya.

Jika kamu pikir kamu sudah cukup dewasa untuk menentukan semuanya atas kehendak sendiri, itu sebenarnya artinya kamu belum cukup dewasa.

................................

Aku memang masih duapuluhsatu tahun. Memang belum sebanding dengan mereka yang lebih senior dalam mengunyah kegagalan dan menelan keputusasaan. Tapi berbagi kebaikan itu perlu, kan? Bukankah Allah mengatakan 'sampaikanlah walau satu ayat'?

................................

Baiklah. Sekarang coba hitung, sudah berapa kali kamu mengganti cita-citamu sejak pertama kali berkenalan dengan yang namanya "cita-cita"? Pasti tidak terhitung. Bolehlah aku berbagi pengalaman. Kalau kamu tidak tertarik, kamu bisa langsung loncat membaca paragraf setelah tanda garis (-----------). Tapi kalau kamu penasaran, well, this is it! 

Cita-citaku yang paling pertama adalah menjadi guru. Iya, guru! Lalu entah dikelas berapa, berubah menjadi ustazah (!) Lalu disaat kelas 6, berubah menjadi dokter bedah yang tidak sekedar ingin, tapi bahkan sampai diikrarkan dihadapan beberapa 'orang'!

Saat rokku menjadi biru, aku ingin menjadi reporter. Tapi sesaat kemudian, berkat tugas bahasa Indonesia tentang penampilan drama dimana aku yang jadi penulis naskah dan mengatur semuanya, cita-cita itu berubah menjadi sutradara. Lalu berkat aktifnya aku menulis di mading kelas dan kemudian dinobatkan jadi ketua mading, si cita-cita berubah lagi menjadi penulis. Lalu entah karena alasan apa, ia berubah lagi menjadi penerjemah. Lalu berkat seorang teman yang sama ambisnya, sama-sama pengen kuliah di Harvard dan  jalan-jalan keluar negeri, berubah lagi ia menjadi diplomat, karena aku ingin keliling dunia!

Saat rokku berubah abu-abu, aku masih ingin menjadi diplomat, namun sesaat kemudian sesosok senior yang ku'kagumi' ingin menjadi arsitek dan entah bagaimana yang terjadi aku berbalik arus ingin menjadi arsitek. Dan aku sempat merasa ini adalah cita-cita paling mantap, sejak aku mulai menghirup oksigen di bumi. Aku suka menggambar. Aku suka rumah. Aku suka menggambar rumah dan memang ada bukti atau yang disebut para profesional sebagai "portofolio". Aku punya buku khusus yang isinya berbagai maket rumah yang aku rancang sendiri. Aku rutin membeli majalah atau koran yang berhubungan dengan arsitektur atau interior. Ini semua terasa begitu nyata. Aku terobsesi. Dan ini semua akhirnya berujung pada mendaftarnya aku pada salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia, ITB, dan mengambil SAPPK sebagai pilihan pertama saat aku mendaftar SNMPTN Undangan.

Pada awalnya, aku hanya mengisi satu dari empat pilihan yang tersedia. Aku begitu terbutakan, overly ambisius, dan menjadi tidak logis. Tapi Allah tidak pernah lupa mengurus hamba-Nya. Aku mendadak jadi teringat bahwa aku sangat suka astronomi dan geologi, pokoknya segala tentang bumi dan alam semesta. Aku juga sangat tertarik! Jadilah aku menempatkan FITB di ITB sebagai pilihan kedua.

Baiklah. Ini terasa lebih baik. Setidaknya jika SAPPK menolakku, FITB bisa menjadi tempat perlindungan yang cukup baik. Aku menelepon Bunda untuk memberitahu. Mengetahui aku hanya mengisi dua dari empat pilihan, bunda yang belakangan ini sering mengode agar aku masuk kedokteran pun bersikeras. Tidak pernah sekalipun terbayangkan akan melanjutkan kuliah di Padang, apalagi kedokteran! Mimpi apa aku?! 

Aku berpikir cukup lama sebelum memasukkan FK UNAND sebagai pilihan ketiga. Aku coba bayangkan, kehidupan yang akan terjadi jika aku benar-benar berujung di FK. Berjalan masuk ke gerbang FK, bergumul dengan buku-buku yang tak terhingga jumlahnya, dan mulai menegosiasi diri. "Well, kalau aku masuk FK, maka otakku tidak akan mendidih lagi mengerjakan soal-soal matematika, apalagi fisika atau kimia. Kalau aku masuk FK, maka aku akan menghabiskan sisa hidup dengan membaca, membaca, dan membaca sampai gila."

Baiklah, sebenarnya itu bukan ide yang buruk juga. Kalau boleh jujur, aku suka kok membaca buku-buku biologi. Dan mendadak aku teringat, waktu kelas tiga SMP, aku pernah membeli satu buku yang judulnya "Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis" dan aku candu membacanya. Lama-lama ini menjadi masuk akal. Baiklah, mungkin kuliah di FK ada baiknya juga. Dan "terketoklah palu". Aku resmi mendaftar pada ketiga pilihan tersebut. Dengan hati yang cukup yakin bahwa aku akan diterima di pilihan satu atau dua. Jika dua pilihan tersebut gagal, maka aku akan ikut ujian SBMPTN.

Meskipun aku mengisi pilihan ketiga secara sadar sepenuhnya, tidak pernah terlintas bahwa aku akan diterima di FK. Karena yang pertama, menurut informasi yang aku dapat, FK UNAND hanya memilih siswa yang menjadikan jurusan tersebut sebagai pilihan pertamanya di SNMPTN Undangan. Yang kedua, benar-benar tidak terhitung banyaknya teman-teman sekolah yang menjadikan FK sebagai tujuan, apalagi FK UNAND yang notabene lokasinya lebih dekat dan bagus pula (im not bragging abt my univ, this is what I honestly think abt FK Unand at that time).

Dan tibalah saatnya, di salah satu tanggal paling bersejarah sepanjang zaman, 27 Mei 2013 (bertepatan dengan ulang tahunku yang ke-18), pukul 16.10 WIB, dengan debaran jantung yang semakin menjadi-jadi, muncullah suatu laman website yang mengubah segalanya.




Jujur dari palung hati paling dalam, aku kaget dan shock luar biasa! Bahkan membayangkan -apa yang terjadi saat itu- saat tulisan ini diketik, rasanya sungguh awkward! Untuk beberapa waktu lamanya aku terkungkung dalam tahapan denial, menolak bahwa ini benar-benar terjadi, dan yang lebih parah adalah I'm not even dreaming! Sampai akhirnya Allah mulai bertindak dan membuat fokusku beralih ke yang lain. Aku mulai mencari mimpi yang lain, yang lebih 'cantik' dan lebih menantang. Aku searching semua bidang spesialisasi dokter. Aku eliminasi satu persatu pilihan yang ada dan tersisalah satu pilihan yang terbaik menurutku.

Sp.JP (Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah). Aku teringat bahwa saat belajar biologi kemaren-kemaren itu, materi tentang jantung dan sirkulasi adalah materi paling menyenangkan dan mudah dipahami! And see, itu semua terbukti saat aku masuk blok 3.2 (blok gangguan kardiovaskular di semester 5). Dan sekarang cita-cita ini genap berusia 3 tahun!

___________________________________________________________________________


Okay. Jadi yang diatas itu adalah prolognya.

Terhitung hari ini, sudah lebih dari tiga tahun aku survive di FK. Sekarang sudah masuk tahun ke-4 (semester 7) --> tahun dan semester terakhir sebagai mahasiswa pre-klinik! Di semester ini, aku tak hanya bergulat dengan skripsi, tapi juga Junior Clerkship (JC). 

Sebenarnya dari hari pertama memulai kuliah disini, aku tau kalau aku bakal betah dan bakal suka. Tapi egoisme dan rasa gengsi yang berlebihan terkadang muncul ke permukaan dan merusak semangat yang tadinya sudah tumbuh subur tanpa perlu nutrisi. Dibumbui dengan adanya kesempatan ikut SBMPTN di penghujung semester dua. Akibat perperangan batin yang cukup luar biasa, dipenghujung semester pertama, di blok 1.3 (Neuromuskuloskeletal) nilaiku jadi jelek. R.e.m.e.d.i.a.l. Dan ini semakin mengguncang pondasi yang dari awal memang sudah tidak stabil juga.

But, once again, Allah tidak pernah lupa mengurus hamba-Nya. Melalui manusia-manusia tercinta yang aku miliki, aku kembali berdiri dan memantapkan apa yang harus dimantapkan. Memperbaiki kembali niat. Menciptakan target-target baru. Mulai menjalani apa yang memang seharusnya dijalani, bukannya berbalik arah dan berlari. Aku berhasil melewati ini semua dengan memuaskan dan memasuki semester baru dengan perasaan yang juga baru.

--> BALIK LAGI KE.... SKRIPSI DAN JC

Aku menjalani kuliah setiap hari dengan "keinginan yang kuat untuk menjadi dokter Sp.JP(K)" setia mendorong dibelakang. Walaupun terkadang si malas menampakkan diri, niat tadi tidak pernah berubah. Aku ingin menjadi dokter! Aku ingin jadi dr. Sp.JP(K)! Aku ingin jadi pembicara di simposium-simposium kardiovaskular seperti yang dilakukan oleh dr. F, dr. Y, dan dr. K ! 

Dan JC hadir mengeksaserbasi semuanya!

Jadi, JC ini stratanya itu ada dibawah Koass (Senior Clerkship). Belajarnya sama-sama di rumah sakit. Sama-sama cari dan belajar dari pasien asli. Sama-sama bikin status dan presentasi. Bedanya, kalau JC itu praktikalnya cuma anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan kalo koas sampai ke diagnosis dan tatalaksana.

Dan JC hadir mengeksaserbasi semuanya!

Meskipun super melelahkan karena harus keliling-keliling rumah sakit, meskipun terkadang harus pulang malam, meskipun terkadang merasa bego saat ditanyain konsulen tapi gatau jawabannya, saat JC ini berakhir di hari tersebut, rasanya bahagia dan puas luar biasa! Karena selama di preklinik (tutorial, KP, skills lab, dll), motivasinya adalah "yang penting selesai" or "yang penting ada bahan buat ngomong" or "yang penting lulus" or alasan-alasan gak bermutu lainnya.

But, melalui JC ini, motivasi-motivasi jadul itu mulai bergeser kearah yang lebih baik. Aku belajar karena aku ingin tahu apa yang sebenarnya patofisiologi sedang terjadi pada pasien tersebut. Aku belajar karena aku ingin tahu apa yang seharusnya aku lakukan untuk membantu menyembuhkannya. Aku belajar karena aku ingin tahu bagaimana seharusnya aku memberi penjelasan atau memberi jawaban atas pertanyaan pasien atau bersikap padanya. Aku belajar karena aku ingin menolongnya.

_______________________________________________________________________

Melalui tulisan yang cukup panjang ini, di penghujung cerita, aku ingin menyampaikan beberapa hal...

1. Banyak sekali komponen yang harus terlibat dalam proses penentuan jati diri dan impian yang mengikuti dibelakangnya. Itu artinya, berapapun umurmu, kamu tidak selalu bisa menentukan SEMUANYA sendiri, tanpa ada andil orang lain. 

Akan ada banyak orang yang memberi masukan, mempengaruhi, menyadarkanmu akan apa sebenarnya yang kamu inginkan dan senangi dalam hidup. Namun orang lain adalah orang lain. Kamu adalah kamu. Orang lain boleh mempengaruhi, tapi kendali tetap ada padamu. Pikirkan baik-baik dalam kondisi hati yang sedang stabil, "apa ini yang benar-benar kamu inginkan?"  "apa ini yang benar-benar kamu sukai?"  " apa ini yang benar-benar kamu tidak akan pernah menyesal dengannya?"

Karena aku teringat satu hal. Aku mengatakan bahwa aku punya portofolio berupa maket-maket rumah yang aku desain sendiri. Aku bisa merancang namun aku tidak begitu ahli menggambar, atau bahkan menciptakan sebuah gambar baru! Saat itu yang terpikir adalah apapun yang terjadi, pokoknya aku mau kuliah di arsitektur! Urusan menggambar, nanti kan bisa dilatih perlahan-lahan. Aku memaksakan diri bahwa aku pasti bisa disaat hatiku sendiri ragu apakah aku akan bisa melakukannya atau tidak.

Again, karena aku teringat satu hal. Aku senang membaca. Bahkan aku sudah tertarik dengan kedokteran sejak aku membeli buku "Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis" saat SMP dulu. Namun aku membutakan semuanya dengan prinsip baru yang "dibuat-buat" --> "aku tidak suka menghafal" --> disaat aku tau otakku jauh lebih cepat mendidih ketika mengerjakan rumus-rumus.


2. Ketika kamu terjebak dalam aktivitas yang kamu bilang tidak kamu senangi (contoh konkrit: merasa salah jurusan), alangkah lebih baiknya jika yang kamu lakukan pertama kali adalah menerimanya. Menerima bahwa ini sudah ketetapan Dia. Menerima bahwa Dia lebih tahu tentangmu daripada dirimu sendiri. Jika kamu sudah merasa netral, sudah merasa objektif, "oke, aku terima. Ayo kita jalani saja dulu, aku penasaran akan seperti apa ini nantinya!" --> maka jalanilah dengan sangat sungguh-sungguh, dan disitulah kamu pada akhirnya akan tahu, apakah kamu sebenarnya memang salah aktivitas (salah jurusan) atau tidak. Kamu harus menepiskan semua egoisme, denial, dan rasa apapun yang membuat penilaianmu menjadi tidak objektif. Kamu harus menetralkan perasaanmu disaat kamu harus berencana untuk memutuskan sesuatu.

Remember --> Allah knows best! Allah Maha Mengetahui segala sesuatu!

Setiap kita punya jatah waktu masing-masing terkait "kapan kita akan mengetahui bahwa yang sedang kita lakukan ini adalah yang tidak akan membuat kita menyesal". Contohnya, aku mengetahui bahwa aku menyukai bidang kedokteran ini di hari pertama masuk kuliah. Namun aku mengetahui bahwa aku tidak akan pernah menyesal tenggelam di bidang ini sekitar tiga tahun kemudian, saat aku memulai JC di rumah sakit.


___________________________________________________________________________


My last words.. 

Aku sangat berharap tulisan ini dapat memberikan pencerahan jika kamu sedang berada dalam kondisi yang pernah aku alami ini. I sincerely pray for your best (to anyone who read this). See you on top when I see you!





0 comments:

Post a Comment