One of those people I'm grateful to know.
It was approximately 6 years ago. Living in a boarding school makes the introvert me didnt get to know better friends outside. People I did chitchat everyday were just my roommate, my neighbor-mate, my 'sal'-mate, particularly just these friends who got to see me every dawn and every night.
But, who knows? It seemed like I'm not that strongly-introvert ones. Chances were always come. I'm not bragging out but yes, I was quite active in many school events, being part of committes. Day by day I started to talk with more non-dormy friends. But this friend I'm gonna tell you about is one the exceptions. As I remembered, I've never got a chance. I only knew her name, then matched that with the face. "Oh! So it's her!" She was that kind of quite-popular ones in our school. Intan (one of my dormy friend) also talked about her sometimes.
..........
*Cailah gaya banget pake bahasa Inggris --'
Allah emang ga pernah kehabisan skenario tentang cara mendatangkan orang-orang baru di lingkaran kehidupan kita. Apakah dengan menempatkan kami berdua di kampus yang sama membuat kami otomatis bisa langsung ngobrol ngalor ngidur ngobrolin jodoh yang entah kapan datang serta perasaan-perasaan yang telah hambar? Nope. It took time.
I've never expected that eventually I get to know this buddy even more. And when I did, it was nothing but thankful.
Kira-kira September tahun lalu, aku bikin tulisan disini tentang seorang teman luar biasa yang kehidupannya lebih dari sekedar inspirasi, Puspita Alwi. Aku ngepost dia di instagram, numpang bikin caption super panjang di kosan orang yang akan dideskripsikan di postingan ini. Terus disaat lagi ngobrol-ngobrol itu, anak ini tiba-tiba bilang "Ngek, bikinin juga Dhayi tulisan kayak gini di blog Ngek ya. Ntar pas dhayi ulang tahun lah biar surprise!"
As I remembered, September tahun lalu itu kami memang sudah dekat. Tapi aku selalu punya alasan atas apa yang aku kerjakan. Apalagi perkara menceritakan seseorang di blog ini. I'm not saying I'm picky, but unconsciously aku mikir, seinspiratif/seberharga/se-precious apa sih seorang teman ini sehingga aku mau meluangkan satu dari sekian postingan di blog ini, didedikasikan untuk dia?
And I should say. Saat itu aku belum punya alasan yang cukup. Untunglah dia melanjutkan dengan kata-kata "Ntar pas dhayi ulang tahun lah-". Okay. Time always heals and makes everything.
And Time, it really did its fate.
......
Dia adalah seseorang yang.. terlihat selalu bahagia. Yang selalu punya bercandaan paling receh tapi bikin ketawa. Ketika kamu kelimpahan cinta dan kasih sayang dari orang paling dekat yang kamu punya di dunia, orang tua, then the only thing you know you should do is to share that love to other people. And yes, she did it. It's always fun everytime she told me about her parents who never got angry with her. Bagaimana orangtuanya seakan selalu 'menjaga', meng-'keep' perasaannya. It's quite unique I guess because I personally think that kind of people usually ended up being 'manja'. But this friend is exactly not one of those.
Dia adalah seseorang yang.. sangat menyenangkan. Dia selalu punya cara untuk dekat dengan orang disekitarnya, dengan orang dari latarbelakang berbeda, dengan orang dari pemahaman berbeda. Dia punya that kind of aura yang bikin orang disekitarnya itu merasa nyaman.
Kita pasti punya selingkupan orang-orang terdekat. Selanjutnya, kita punya lagi selingkupan orang yang lebih dekat, on another level. Selingkupan orang yang menjadi sasaran pertama disegala hal. Orang pertama yang tahu ini, orang pertama yang tahu itu. And this particular friend of mine, congratulation for joining this gold-circle of me! Congratulation for eventually being mentioned on this blog! Dia menjadi satu dari tiga teman terpenting dari tahapan hidup terkrisis dalam 21 tahun aku hidup, tahapan 'pencarian jati diri'. Dia adalah teman sesama penggemar top-five. What is top-five? It's a vocabulary that only us know what it means. Dia adalah teman pertama yang aku hubungi saat Mbah meninggal dan aku harus segera take off ke Jawa di H-3 ujian. Dia adalah teman pertama yang tahu saat aku jatuh hati pada kebaikan 'seseorang'. Dia adalah satu-satunya teman yang menyaksikan percakapan via teleponku dengan 'seseorang' yang aku sudah berpisah 3 tahun dengannya. Dia adalah satu dari dua teman yang aku kirim email rahasia, yang yang hanya boleh dibuka kalau aku sudah cabut dari dunia ini nantinya. (Incase I live shorter than what I expected)
Dia adalah seseorang yang semoga aku bisa berteman baik dengannya selama di bumi hingga di Jannah nantinya. Dia adalah teman yang apabila aku tidak menemukannya di surga, selama Allah mengizinkan, aku akan pastikan untuk mencarinya. Semoga dia tetap menjadi dia yang saat ini, dan tidak akan pernah berubah melainkan kearah kebaikan.
I always believe that the greatest thing someone ever give was a their own writing. So with this late but sincere paragrapghs, I bring along this bunch of Du'a for you:
Oh Allah, may this year lets her get to know herself better and may it lets her to get to know her best friends and her family beter and may it makes strangers close friends. May she has just as many laugh as tears. May she smiles broadly everyday. May she learns from books and from movies and from family and friends and strangers and from simply living. May she learns every single moment something she didn't know before. May she not just hear, but listen. May she not just see, but observe. May she changes, for the better. May she gets a perfect ending in the hereafter and greets You in Your jannah later.
Aamiin.
To one of 'The Best of the Best'
Dhayika A. Besari
0 comments:
Post a Comment