Mari kita buka postingan pertama di tahun 2018 ini dengan mengucapkan:
"ALHAMDULILLAH. Yang punya blog masi hidup. Belum mati belum kelindas belum tenggelam belum apnu."
Astaga. Udah 6 bulan sejak postingan terakhir. Udah 6 bulan w terlalu fokus jadi 'budak RS'. Udah 6 bulan blog ini berdebu berlaba-laba dan berkecoak. Yauda. Gausa basa-basi lagi. Di tahun 2018 yang tjerah ini mari kita membahas sesuatu yang... gatau si bakal ringan sedang atau berat.
Jrengjrengjreeengg.. Bismillah.
1. Memulai sesuatu yang baik itu gampang, mempertahankannya super susah.
That's why Allah sangat menyukai amalan yang sedikit namun rutin, daripada amalan yang superb tapi cuma dilakuin sekali seminggu or sebulan or kapan ingat. That's why istiqamah itu sangat mahal harganya. Padahal kebaikan itu bisa jadi hanya berusaha untuk tidak mengeluh setiap kali hujan lebat dan mengacaukan rencana. Padahal bisa jadi kebaikan itu hanya berupa bertilawah 1 halaman per hari. Ya Allah cuma 1 halaman sehari dan masih susah juga buat merutinkannya? Yak. Baru ingat kalo right beside you selalu ada Jin yang benci banget kalo lo ngelakuin itu dan setia membisikkan berbagai alasan yang menurut logikamu dianggap benar.
Btw jin itu rajin bener ya. Kita aja yang udah ngelakuin daily life sesuai passion pun kadang bisa jenuh, bisa mumet. Lah mereka semangat terus. Gamau tau pokoknya ni orang harus ikut bareng gue ke Jahannam.
Astaghfirullah.
2. Tidak ada orang yang seutuhnya baik dan tidak ada orang seutuhnya jahat.
That's why you never ever can judge people. Muka manusia itu banyak. Apa yang ia tampakkan pada A tidak sama dengan yang ia tampakkan pada B. Apa yang terlihat buruk or riya or sejenisnya diluar, belum tentu niatnya juga buruk, meskipun kamu berdalih dengan "niat yang baik harus disertai dengan cara yang baik juga dong." Kita bukan Tuhan yang bisa mendengar semua isi hati dia. Kita tidak akan pernah bersama dengan manusia manapun selama 24 jam full eventhough she/he is our pious. Emangnya lo ngikutin dia ke toilet juga pas BAB? Gak kan. We'll never see what's in everyone's mind. We'll never know what's everyone's intention. Kita hanya menduga. Hanya berprasangka. And Allah said janganlah berprasangka, sebagian besar dari prasangka itu adalah buruk.
Ada hal menarik yang w tangkap selama 1 tahun jadi koas ini. Setiap orang punya pembenaran masing-masing dan setiap orang gak mau dianggap salah. Misalkan ada sebuah kesalahpahaman antara A dan B. Masing-masing A dan B akan bercerita kepada koloninya mengenai masalah tersebut dari sudut pandang 'mereka'. Sadar gak sadar mereka akan bercerita dan mengisyaratkan kalau yang benar itu adalah mereka. Siapa yang sebenarnya "benar" dan siapa yang sebenarnya "salah", hanya Allah dan nurani mereka masing-masing yang tau. Lo pasti ngerasa lah kalo yg lo lakuin itu sebenarnya gak sesuai norma sosial atau sebagainya, kecuali kalo nurani lo dah mati. Then, wallahu'alam.
Tapi emang susah banget woy. Di zaman dimana para lambe berserak ini, untuk tidak men-judge or berprasangka itu emang ujian terberat.
3. Mengingatkan itu boleh, tapi jangan didepan umum.
Melalui surat Al-Asr, Allah mengajak agar kita saling menasehati dalam hal kebaikan. But, niat yang baik harus disertai cara yang baik pula kan? Seperti bagaimana Rasulullah berdakwah. Niatnya benar, tapi kalau Beliau melakukannya dengan cara yang tidak sinkron, mana mungkin Islam bisa bertahan hingga detik ini.
Ada yang berdalih bahwa mereka 'berdiskusi' (bahasa awamnya: gibah) untuk merumuskan solusi, untuk merumuskan hal-hal apa yang harus dibenarkan dari oknum yang mereka diskusikan. Tapi abis itu si orang ini mereka 'nasehati' didepan orang lain. Kalau niat lo emang murni mengingatkan kesalahannya tanpa ada maksud mempermalukan or menghakimi or sejenisnya, ya lakukanlah secara personal. Bahkan pelajaran mengenai parenting pun mengatakan if u really need to scold ur child, don't do it in front of their siblings. Bahkan didepan saudara kandung sendiripun tetap harus dijaga pride-nya.
4. Sometimes, you have to be BUDEG sama apa kata orang.
Ini agak gambling memang. Deciding mana yang harus 'didengar' dan mana yang harus di-budeg-in itu sangat butuh kemampuan menilai sesuatu secara objektif yang superb. Karena bisa jadi yang pengen kita budeg-in itu sesuatu yang baik, hanya saja karena pikiran kita sudah terkunci jadinya ga ada akses buat hal-hal baik untuk masuk. Terus gimana? Someone said to me "ngucap Astaghfirullah dulu. Netralin pikiran dulu. Lalu dengar kata hatimu, kata nuranimu. Apakah ini lebih baik dibudeg-in? Atau justru apakah ini pesan kebaikan yang dititipkan-Nya melalui orang itu?"
5. PLOT TWIST bisa terjadi kapan saja.
Serapi apapun manusia berencana, rencana Allah juga tetap jalan. And we'll never know apakah yang kita rencanakan serasi dengan rencana-Nya. Berhubung daily life aku setahun ini didominasi oleh rumah sakit, then I'd like to point out about the bad plot twist and the death. Terutama pas w lagi stase forensik. Lo gapernah tau ketika lo sekeluarga lagi menjenguk saudara ke RS, terus pulang bareng tapi bokap lo pisah sendiri karena ada urusan lain, dan tau tau lo dapat telpon kalo bokap lo tewas ditempat abis kelindes truk. Lo gapernah tau ketika lo nunggu abang lo yg pulang kampung naik bis, tau tau pas dia turun kakinya salip/nyangkut terus jatuh dan kemudian bisnya jalan dan dia kelindas. Lo gapernah tau ketika lo nungguin kakek lo pulang umrah, tau-tau dapat kabar beliau meninggal di pesawat. Umur gaada yang tau.
.................................
Sekian dulu random thoughts malam ini. InsyaAllah part selanjutnya akan menyusul dalam tempo yang sesingkat-singkatnja.
0 comments:
Post a Comment