Belakangan ini hampir setiap hari w dihadapkan dengan kondisi 'dealing' with people on another level. Bahasa yang lebih singkatnya 'dealing' with hard people. Tapi setelah dipikir-dipikir, kayaknya bukan belakangan ini deh munculnya. W nya aja yang baru ngeh dan baru sensi sama hal beginian. Dan range peoplenya itu makin meluas dan things you have to deal with nya juga makin meningkat. Mulai dari stranger seperti keluarga pasien sampai ke emak w sendiri yang OCD nya nauzubillah.
Seriously ya keluarga pasien adalah one of the hardest people you have to deal with. Seringnya itu adalah karena perbedaan persepsi dimana yang menurut 'kami' kondisi pasiennya itu stabil dan terkendali dan baik baik saja, tapi keluarganya cemas berlebihan sehingga dia sering mengadu tiap sebentar kalo pasiennya inilah itulah dan sebagainya. Disatu sisi annoying, apalagi kalo kaduannya muncul di jam-jam mata lo mulai ptosis, ketika kelopak mata atas dan bawah lo saling merindu dan ingin berpelukan. Jahat sih emang, tapi ya w gabisa sok suci juga sih, just bcos you think you're soon to be a doctor or already a doctor, lo juga manusia biasa yang bisa ngeluh dan bisa capek dan bisa ngantuk tengah malam.
Berhubung w menyinggung capek, w jadi kepengen ngebahas how it feels to work in 'this field'. Gimana rasanya? Berasa srigala dalam selimut. Alay amat bahasanya. I mean lo capek dan lo ngeluh gabisa tidur dan disaat yang bersamaan lo juga harus belajar dan mikirin ujian dan sebagainya, tapi disatu sisi lo tau berada di posisi keluarga pasien itu jaaaaauh lebih berat (I've been there too pals, waktu emak dikuret dan dioperasi sekitar 2 tahun yang lalu) Terkadang menjadi orang yang mengerti medis itu bikin lo ngerasa kalo gak tenang banget ya kalo gak cemas banget. Tenang karena despite of keluhannya yang mengerikan, lo paham somehow it's gonna be okay. Cemas karena lo tau setelah penyakit yang dialaminya saat ini, akan ada serentetan komplikasi yang cepat atau lambat pasti terjadi, walopun mereka ga ada keluhan. Lo tau kalo ini keluarga lo bisa mati kapan aja walopun keluhannya minimal.
I really understand how it feels to be keluarga pasien. Ngeliat emak w packing buat nginap di RS aja rasanya tu udah nyesek. Bukan sedih tapi nyesek, kayak tercekat gitu. Then hari-hari selama emak di RS. Rumah yang biasanya ada emak lo nonton tv di ruang tengah sambil cekikikan, emak yang biasanya ngomel karena piring ga langsung dicuci abis makan, sekarang hening. W yang saat itu tau kondisi emak will be fine aja udah nyesek luar biasa sampe-sampe metrorragia w kumat. Apalagi jadi keluarga pasien yang sakitnya emang end stage dan ga ada harapan buat sembuh sama sekali like DM (diabetes mellitus), CKD stg V (gagal ginjal, yang orang awam biasanya taunya udah cuci darah), dll. W gatau segelap apa dunia yang mereka hadapi dan w gatau apakah kalo w di posisi mereka w masih nafsu makan apa gak.
Tapi teteeeeup aja.
W masih juga mengeluh karena harus dinas lagi harus jaga malam lagi harus ngerjain orderan lagi dan sebagainya. Padahal w lagi ga ngejagain pasien di ghaza dan beresiko kena peluru kyk Almh. Razan. Padahal w masih sehat dari ujung rambut sampe ujung kaki dengan support system alias keluarga inti yang masih lengkap dan sehat jiwa dan raga dan saling menyayangi. Padahal w punya more than million things yang bisa disyukuri but still, here I am.
Selain keluarga pasien, lately I also found it hard to deal with some friend. Seperti yang dikatakan orang orang, semakin lama lingkaran pertemanan lo bakal semakin sempit tapi kualitasnya akan semakin deep. Entah kenapa semakin lama tabir itu semakin terkuak. Bahasa apaan nih. Semakin lama aslinya orang itu entah kenapa muncul ke permukaan. The biggest lesson for me this year 2k18 is dealing with people yang perhitungan kalo kerja. They count euuvverry little action they made and they compare it to you, they've done this and this so according to 'law' you're the one who should do that and that, or you owe them a help, you have to pay them back. Lack sedikiiiit aja, even yang ga disengaja pun, they'll tell others that you are PATO. You are water cat. You are uncoperative. You are THAT bad.
I found an amazing writer wrote this one on her blog:
"We simply can’t expect other people to treat us how we would treat them, whether in friendship, in love, or in life in general. We don’t all have the same ideas about transparency, loyalty, forgiveness, patience, or what it means to love each other with the fierceness that I believe we all deserve. But you know what? That’s okay.
At the end of the day, I think it goes a long way to just be kind. Remember that everyone is doing his or her own best in the midst of individual uncertainty, hurt, insecurity, fear, rejection, and everything else that life throws at each one of us. Maybe we’d all do well to forgive each other for being human and choose to gravitate toward people who love like we do.”
Ternyata emang bener. "Repeating life lessons until they are learned." We knew each people are fcking different. But I knew is unfortunately different with I've learned. Hal-hal pelik seperti kesabaran, how to respond properly, how to be professional, dan sepupu-sepupunya itu butuh latihan yang setiap orang beda-beda jatah waktu dan intensitasnya. They never work instantly. There's a word saying "when you cant change the situation, it's you who have to change." It's you who have to adapt. It's you who have to grow.
Tapi kan kita manusia ni emang keras kepala. Pantang disalahkan. Semut aja disalahin padahal dia cuma nyari makan. Kita sendiri yang ceroboh biarin tuh toples gula tutupnya ga rapat.